Letusan Krakatau 1883 terjadi di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), yang bermula pada tanggal 26 Agustus 1883 (dengan gejala pada awal Mei) dan berpuncak dengan letusan hebat yang meruntuhkan kaldera. Pada tanggal 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai, melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya. Aktivitas seismik tetap berlangsung hingga Februari 1884. Letusan ini adalah salah satu letusan gunung api
paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah, menimbulkan
setidaknya 36.417 korban jiwa akibat letusan dan tsunami yang
dihasilkannya. Dampak letusan ini juga bisa dirasakan di seluruh penjuru
dunia.
Dampak dari letusan Gunung Krakatau pada tengah hari tanggal 27 Agustus 1883, hujan abu panas turun di Ketimbang (sekarang desa Banding, Kec Rajabasa, Lampung). Kurang lebih 1.000 orang tewas akibat hujan abu ini. Kombinasi aliran piroklastik,
abu vulkanik, dan tsunami juga berdampak besar terhadap wilayah di
sekitar Krakatau. Tak satupun yang selamat dari total 3.000 orang
penduduk pulau Sebesi,
yang jaraknya sekitar 13 km (8.1 mi) dari Krakatau. Aliran piroklastik
menewaskan kurang lebih 1.000 orang di Ketimbang dan di pesisir Sumatera
yang berjarak 40 km (25 mi) di sebelah utara Krakatau. Jumlah korban
jiwa yang dicatat oleh pemerintah Hindia Belanda adalah 36.417, namun beberapa sumber menyatakan bahwa jumlah korban jiwa melebihi 120.000.
Kapal-kapal yang berlayar jauh hingga ke Afrika Selatan juga melaporkan guncangan tsunami, dan mayat para korban terapung di lautan berbulan-bulan setelah kejadian. Kota Merak, Banten luluh lantak oleh tsunami, serta kota-kota di sepanjang pantai utara Sumatera hingga 40 km (25 mi) jauhnya ke daratan.
Akibat letusan Krakatau, pulau-pulau di Kepulauan Krakatau hampir
seluruhnya menghilang, kecuali tiga pulau di selatan. Gunung api kerucut
Rakata terpisah di sepanjang tebing vertikal, menyisakan kaldera
sedalam 250-meter (820 ft). Dari dua pulau di utara, hanya pulau berbatu
bernama Bootsmansrots yang tersisa, Poolsche Hoed juga menghilang sepenuhnya.
Setahun setelah letusan, rata-rata suhu global turun 1,2° C. Pola
cuaca tetap tak beraturan selama bertahun-tahun, dan suhu tidak pernah
normal hingga tahun 1888.
Sumber : id.wikipedia.org
Posting Komentar